Baru-baru ini beredar pernyataan terkait seorang pengacara berstatus terdakwa berinisial RAN, ingin menggunakan Toga saat menghadiri persidangan. Hal ini rupanya menghebohkan ranah publik hingga Hakim Agung Mahkamah Agung Republik Indonesia, Prof. Dr. Yanto, SH., MH. memberikan pernyataan.
Disela-sela konferensi pers yang dihelat di ruang Media Centre Mahkamah Agung, Prof. Dr. Yanto, SH., MH. merespon pertanyaan dari pewarta yang bertanya terkait keinginan RAN memakai baju Toga ketika dirinya berstatus terdakwa.
Hakim Agung MA RI tersebut menegaskan bahwa seorang pengacara yang berstatus terdakwa tidak diperbolehkan menggunakan baju toga.
“, Harus dibedakan kalau seorang pengacara baru bersidang, dapat surat kuasa mewakili, ya tentunya memakai toga. Tapi kalau statusnya terdakwa ya nggak bisa.” Ucap Prof. Dr. Yanto, SH., MH. saat konferensi pers di Jakarta, (10/02/2025).
Sebagai informasi, RAN adalah terdakwa kasus pencemaran nama baik yang dilaporkan oleh salah satu pengacara kondang, Hotman Paris Hutapea.
Pada sidang perdana yang digelar pada 06 Februari 2025, terdakwa berinisial RAN mengamuk usai tak terima dengan keputusan hakim yang menggelar sidang secara tertutup. Lalu, ia mendekati Hotman yang duduk di kursi terperiksa dan sempat memegang pundaknya. Suasana berubah menjadi gaduh, hingga anggota tim pengacara RAN terlihat naik ke meja.
Buntut perkara tersebut rupanya melebar. PN Jakarta Utara melaporkan terdakwa ke Bareskrim Polri pada 11 Februari 2025, karena dinilai melanggar Pasal 335 KUHP tentang perbuatan tidak menyenangkan, Pasal 207 KUHP tentang penghinaan badan hukum, dan Pasal 217 KUHP tentang membuat gaduh di ruang sidang.
Mahkamah Agung juga menyebut kerusuhan yang terjadi di ruang sidang dianggap mencederai kehormatan peradilan atau Contempt of Court.
Fritz Paris Hutapea, CEO Hukumku, juga memberikan pernyataan bahwa kejadian tersebut dapat dijadikan pelajaran bagi semua pihak demi kepentingan dunia hukum yang baik dan profesional.
“Semoga peristiwa yang terjadi beberapa hari lalu dapat menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak, mendorong praktik hukum yang lebih baik dan profesional, demi kepentingan klien maupun para advokat.” tutup Fritz Paris Hutapea melalui pesan singkat.